Opini | Poblem Urban Di TANGAH KARTAK

Reported By Pimred Borneo Pos 15 Jan 2025, 06:53:05 WIB Kolom & Opini
Opini | Poblem Urban Di TANGAH KARTAK

Keterangan Gambar : Foto : Noorhalis Majid


Oleh: Noorhalis Majid


Banjarmasin, Borneo Pos  --  Problem urban, adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari bagi kota-kota yang mengalami pertumbuhan pembangunan atau industrialisasi. Menjadi tantangan bagi manajemen kota, agar warga tetap hidup secara mulia dan bermartabat. 

Baca Lainnya :


Laju urbanisasi yang menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) mencapai 3,03% per tahun, bukan lagi sebatas proses perpindahan penduduk dari desa ke kota, melainkan fenomena yang muncul dari dinamika perkembangan kota, baik disadari atau pun tidak terduga. 


Pemukiman kumuh, produksi sampah, krisis air bersih, gizi buruk, kemampuan bertahan hidup, kriminalisasi, keseimbangan ekologis, ruang terbuka hijau, kemacetan lalu lintas, kelangkaan lahan parkir, dan ketidakadilan, menjadi bola salju yang terus bergulir. Bila tidak ditanggani secara serius, akan mengancam warga kota.


Jalan raya, atau dalam bahasa Banjar disebut “tangah kartak”, dapat menjadi ekspresi atau wajah dari problem urban. 


Untuk melihat sebuah kota ditangani dan dikelola secara serius atau sekedarnya, tidak perlu melakukan audit pemerintahan atau pun mengevaluasi tata kelola pemerintah dengan metodologi yang rumit. Cukup lihat dan amati “tangah kartak”, akan tergambar semua potret yang menggambarkan kemampuan dan keseriusan dalam mengelola kota. 


Kota yang tidak mampu dikelola dengan baik, di tangah kartaknya akan terlihat wajah kemiskinan melalui manusia silver, manusia gerobak, manipulasi becak untuk mengemis, ekspolitasi balita untuk meminta, dan berbagai bentuk kreativitas mengemis dalam rangka bertahan hidup dan menuntut keadilan hidup. 


Juga tergambar kemacetan, akses jalan yang sangat terbatas, trotoar yang tidak memuliakan penjalan kaki dan penyandang disabilitas, sampah berserakan tanpa ada yang memedulikan, parkir sesuka hati, serta arogansi pengendara yang tidak patuh pada aturan lalu lintas.


Karena itu, bila ingin membenahi kota, jangan abaikan “tangah kartak”, karena dia menjadi etalase, bagi segala ekspresi tentang kondisi sebenarnya sebuah kota. 


Walau hanya sepintas melewati jalan raya, wajah sejatinya sebuah kota akan terlihat dengan jelas, apakah dikelola secara serius atau “sahibarnya” saja?. (nm)



Baca Lainnya :




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment