Breaking News
- DPKP Kalsel Gelar Penilaian Insan Pertanian Berprestasi 2025, Apresiasi Pejuang Pangan Daerah
- BPBD Kotabaru Latih Warga Desa Gedambaan Soal Pencegahan dan Mitigasi Bencana
- Pedagang Makanan di Kotabaru Keluhkan Harga Cabai Meroket, Capai 110 Ribu Per Kilogram
- Audisi GBN Kalsel 2025, Wamen Kebudayaan RI : Wadah Pengembangan Diplomasi Budaya Melalui Musik
- Ayo Ikuti Job Fair Kalsel 2025! Tersedia 1.881 Lowongan Kerja di 52 Perusahaan
- Kadinaskop Kalsel, Gusti Yanuar Noor Rifai : 2013 Koperasi Merah Putih Telah Terbentuk
- Tingkatkan SDM Konstruksi, Dinas PUPR Kalsel Targetkan Latih 375 Tenaga Ahli Tahun 2025
- Demokrasi, Berebut Sekoci Diatas Kapal Karam
- BPBD Kalsel Tingkatkan Kesiapsiagaan Hadapi Musim Kemarau
- Tim Assesor BSSN RI Kunjungi Diskominfo Kalsel, Nilai Tingkat Keamanan Sandi dan Siber
Atasi Abrasi Di Tanjung Pangga, Dinas LH Kotabaru Tanam 10 Ribu Mangrove

Keterangan Gambar : Penanaman mangrove di pesisir Desa Tanjung Pangga, Kec Kelumpang Selatan, Kotabaru
Kotabaru, borneopos - Dinas Lingkungan Hidup Kotabaru melaksanakan penanaman mangrove dalam rangka Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Rabu (5/6/2024) di pesisir Desa Tanjung Pangga, Kecamatan Kelumpang Selatan.
DLH Kotabaru menggandeng Forkopimcam, Kades, BPD, Babinsa, Babinkamtibmas, perusahaan, siswa dan guru sekolah, kelompok tani Harapan Bersama
serta warga masyarakat mencanangkan menanam 10 ribu bibit mengrove di Tahun 2024.
Dalam sambutan tertulisnya, kepala DLH Kotabaru M. Maulidiansyah menyampaikan :
Krisis iklim menjadi isu lingkungan yang saat ini marak dibahas karena dialami hampir oleh seluruh Masyarakat di dunia.
Salah satunya adalah peningkatan suhu rata-rata bumi yang disebabkan oleh efek gas rumah kaca. Belum lagi penggunaan bahan bakar fosil dan kurang bijaknya pemanfaatan sumber daya alam menjadi faktor pemicu terjadi pemanasan global.
Konsekuensi dari perubahan iklim yang kita rasakan saat ini antara lain, kekeringan hebat, kelangkaan air, kebakaran hebat, naiknya permukaan air laut, banjir, pencairan es kutub, badai dahsyat dan penurunan keanekaragaman hayati.
Kita sebagai generasi penerus wajib ambil bagian dalam menjaga, memperbaiki dan melestarikan lingkungan.
Salah satu Upaya yang bisa kita lakukan adalah dengan menjaga kelestarian ekosistem pesisir.
Pentingnya ekosistem pesisir khususnya mangrove adalah sebagai penyangga karena dapat mengurangi ketinggian gelombang air laut,
meminimalisir resiko banjir, mampu menyerap karbon 5x lebih baik dari hutan hujan tropis dan mangrove mampu menyimpan 1/3 stok karbon pesisir secara global.
Terlebih wilayah Kabupaten Kotabaru 78% nya merupakan kawasan pesisir.
Hal ini yang melatar belakangi munculnya program
Mangrove for Banua.
Program ini merupakan program rutin yang sudah berjalan selama 4 tahun. Selama 3 tahun ini kami memang memfokuskan pada perbaikan ekosistem pesisir mengingat wilayah pesisir memiliki sumbangsih besar terhadap Cadangan karbon, produksi oksigen, hingga pelestarian tempat hidup biota laut.
Berkaca dari hasil penanaman di tahun 2023, Tahun pertama kita menanam 5000 bibit, yang setelah 1 tahun kita cek, kita monitoring alhamdulillah Tingkat keberhasilannya >50% bibitnya hidup dengan baik.
Di tahun ini kita melanjutkan langkah baik yang sudah dimulai dengan melakukan kerjasama dalam “Kolaborasi Mitigasi Pengendalian Pesisir Dengan Penanaman 10.000 Bibit Mangrove di pesisir Desa Tanjung Pangga, Kecamatan Kelumpang Selatan.
Aksi lingkungan ini mengajak seluruh pihak baik pemerintah daerah, instansi teknis terkait, pelaku usaha, sekolah dan Masyarakat.
Keberhasilan program Mangrove for Banua ini tentunya tidak terlepas dari usaha dan semangat seluruh pihak.
Terutama rekan-rekan kelompok tani Harapan Bersama dan warga Desa Tanjung Pangga yang juga menjaga ekosistem mangrove kita.
Alhamdulillah juga program tahun ini dapat terlaksana bersamaan dengan peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang mana aksi yang kita laksanakan hari ini menujukkan bahwa kita terutama yang berhadir pada hari ini masih peduli terhadap perbaikan lingkungan.
peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang mengusung tema “Penyelesaian Krisis Iklim dengan Inovasi dan Prinsip Keadilan”.
menjadi pengingat sekaligus ajakan bahwa penyelesaian akar masalah krisis iklim harus
diselesaikan dengan inovasi yang dilaksanakan secara konsisten oleh seluruh pemangku kepentingan dengan mengedepankan prinsip keadilan dan inklusivitas.
Prinsip keadilan yang dimaksud, menekankan pada manfaat dari pemulihan lahan harus dirasakan oleh semua lapisan masyarakat, terutama yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim itu sendiri. (rls/red*)


Baca Lainnya :

Write a Facebook Comment
Tuliskan Komentar anda dari account Facebook
View all comments