- Lagi, Polresta Samarinda Ungkap Kasus Peredaran Ganja, Dua Tersangka Diamankan
- Ratusan Siswa MAN 2 Samarinda Nantikan Kedatangan Wapres Gibran di Gor Segiri
- Disparpora dan KONI Serahkan Alat Olahraga Kepada 17 Cabor
- Pelindo Reg. 3 Cabang Kotabaru Capai Kinerja Positif di Tahun 2024
- DPRD Samosir Gelar Paripurna Pengumuman Penetapan Bupati dan Wabup Terpilih 2025-2030
- Polisi Tangkap Terduga Pencurian Emas di Samarinda Seberang
- Persatuan Golf Indonesia Cab. Kotabaru Kenalkan Olahraga Golf kepada Pelajar SMAN 1
- Dikritik Kinerjanya, Kadis PUPR Ancam Lapor Polisi, Ketua PAHAM Kotabaru: Kritik Hal Yang Wajar
- Polresta Samarinda Tangkap Pemilik Sabu, Dihalaman Rumah
- Kadis PUPR Ancam Laporkan 3 Akun Media Sosial, Imi Surya: Kada Maju Daerah Baisi Pejabat Kaya Itu
Pilkada 2024 : Pilih Orang Bodoh Apa Pecundang ?
![Pilkada 2024 : Pilih Orang Bodoh Apa Pecundang ?](https://borneopos.com/asset/foto_berita/20240726_162416.jpg)
Keterangan Gambar : MN Asikin, Ketua LKBH Saijaan
#OPINI#
Borneopos.com, KOTABARU - Keseruan pemilihan kepala daerah menjadi pebincangan disana-sini, baik ibu-ibu saat kumpul-kumpul dan juga kelangan bapak-bapak sambil menyeruput kopi di warung-warung pinggir jalan.
Baca Lainnya :
- Pemkab Kotabaru Berikan Bantuan Kepada Korban Kebakaran Di Pulau Laut Utara0
- 28 Rumah Ludes Dijilat Sijago Merah Di Kotabaru, Kerugian Capai Milyaran Rupiah0
Sesekali terjadi debat dengan argumen yang semuanya benar adanya dan pastinya tidak ada yang salah.
Terlalu sombong kalau ada yang merasa paling benar dan terlalu naif juga merasa paling salah. Karena dalam perbedatan soal pilkada semua orang punya hak untuk menilai pilihannya.
Ada yang bilang sang calon adalah pengusaha dan banyak uangnya, ada juga yang menyatakan calon lain pengalaman politik lebih banyak, walaupun yang dimaksud adalah politik kekuasaan juga dan jauh dari politik kerakyatan.
Pertanyaan besarnya kemudian adalah, kita ini mau pilih pemimpin yang seperti apa model dan coraknya. Mau yang hitam, putih atau belang-belang, yang semuanya adalah warna prilaku dari masing-masing calon.
Tapi dari pengalaman selama ini, apa sang calon tidak dilihat dari warnanya apa dan bagaimana prilaku atau kelakuannya, yang penting punya uang banyak dan bisa menang dengan “membeli suara” para pemilh.
Hal ini tentunya tidak ada juga yang bisa menyalahkan pilihan warga. Warga paham bahwa siapapun yang menang akan menjadi pemenang untuk dirinya sendiri dan tidak ada urusan dengan kememangan warga.
Kalau ada yang menyatakan kemenaangan ini adalah kemenangan kita semua atau kemenangan warga, itu adalah statemen “seakan-akan” yang disampaikan calon tepilih bahasa gaulnya adalah retorika ungkapan.
Pengalaman pilkada selama ini, paling tidak dalam 2 dekade terakhir, bahwa calon tidak perlu cerdik pandai, calon tidak perlu hebat dan punya kecerdasan luar biasa.
Banyak para cendikia yang mencalonkan diri, tapi tidak mendapat suara warga dan bahkan sebaliknya orang yang tidak punya pendidikan cukup bisa jadi pemimpin.
Beranjak dari itu, maka sang pemenang bisa dipastikan tidak perlu pinter, tetapi mau jadi pemimpin dengan segala macam cara atau bahwasa kerennya dengan menghalalkan segala cara untuk menang.
Untuk pilkada yang sebentar lagi di gelar, minimal kita bisa memilih apakah akan memandatkan kepada pemimpin yang bodoh (baca ; tidak ada pengetahaun memimpin) atau mendudukan seorang pecundang untuk menjadi pemimpin kita semua.
Ada baiknya kita buka mata dan pikiran untuk melihat mana pemimpin yang bodoh dan mana yang pecundang.
Dalam terminologi, "bodoh" adalah kata sifat yang menggambarkan keadaan disaat seseorang tidak menyadari sesuatu hal, tetapi masih memiliki kemampuan untuk memahaminya atau dengan kata lain kurangnya pengetahuan.
Sementara pencundang dalam KKBI bisa didefinisikan sebagai orang yang menipu atau menghasut, artinya orang yang suka buat janji dan tidak akan ditepati atau dengan kata lain menipu warga dengan janji-janji manis yang seakan-akan nyata.
Orang bodoh tetapi mau belajar pasti akan lebih baik, daripada seorang yang pintar tetapi pecundang.
Mana orang-orang yang seperti itu? kita semua mengetahui, mana calon pemimpin yang tidak mempunyai pendidikan cukup dan mana calon pemimpin yang rekam jejaknya hanya sebagai pecundang.
Pilihan ada pada warga sebagai pemilik sah dari suara yang akan menentukan siapa pemimpin warga kedepan.
Dalam sebuah ilustrasi, dalam sebuah perjalan menggunakan bus, apakah warga sebagai penumpang lebih nyaman disupiri oleh orang bodoh tapi mau mendengar suara penumpang atau disupiri oleh seorang supir pecundang yang tidak mau mendengarkan suara penumpang dengan dalil "saya supirnya dan berkuasa terhadap bus ini dan penumpang tidak mempunyai hak apa-apa terhadap supir".
Sekali lagi pilihan ada pada kita dan tidak ada satupun yang bisa mengintervensi kecuali seorang pecundang.
Pilihan dengan berdasarkan uang senilai 10 Kg beras itu hak warga, pilihan karena kekerabatan itu hak warga, namun janganlah kita memilih pemimping seorang pecundang.
Selamat hari jumat dan semoga kita semua selalu dalam kebaikan. Salam dari pulau laut.
Kotabaru, 26 Juli 2024
Penulis : MN. Asikin (Ketua LKBH Saijaan)
Baca Lainnya :
- 28 Rumah Ludes Dijilat Sijago Merah Di Kotabaru, Kerugian Capai Milyaran Rupiah0
- Kinerja Buruk Kadis PUPR Kotabaru0
Berita Kotabaru
![AWAS](https://borneopos.com/asset/foto_iklantengah/IMG-20240626-WA0012.jpg)